Anak pertama saya bernama Arka, usianya 3 Tahun 7 Bulan kini. Arka sangatlah cerdas, cara belajarnya dengan
meniru. Oleh karena itu saya membuat
peraturan untuk selalu berkata yang baik dan positif. Jika ada yang berkata negative maka saya akan
menegurnya. Arka sering bertanya dan
meminta untuk diajarkan sesuatu yang ia inginkan. Arka anak pertama saya, adiknya masih didalam
kandungan saat ini.
Arka memiliki mainan yang banyak, mulai dari yang masih berfungsi sampai
yang sudah tidak berfungsi, tapi kesemuanya masih ia sering mainkan. Saking penuhnya, keranjang yang dibelikan
tidak cukup menampung semua mainannya.
Saya dan arka sangatlah dekat, setiap hari kami sering berpelukan dan
mengucapkan kata sayang.
Suatu hari saya memiliki janji temu dengan seseorang, dan saya mengajaknya
ketika itu. Karena orangnya belum datang
saya mengajaknya untuk mampir ke salah satu swalayan kemudian membeli minuman
dingin. Ketika di swalayan Arka melihat
ada mainan kereta dan ia meminta saya membelikannya. Karena keranjang mainannya
sudah penuh maka saya katakan padanya “nak keranjang kamu sudah penuh, mau
ditaruh dimana lagi mainannya?” Arka anak yang pengertian, maka ketika saya
berkata demikian ia langsung terdiam mengiyakan. Setelah membeli minuman dingin kemudian kami
berdua duduk di depan swalayan sambil menunggu orang tersebut datang. Sambil minum, saya dan Arka ngobrol dan
bercanda tentang banyak hal, terutama hal-hal yang ia lihat ketika kami duduk
santai sambil minum di depan swalayan.
Tak lama berselang kemudian ia berkata sesuatu. “Apiiihhh, nanti kalau udah sampai rumah kita
beresin mainan arka yu, kita pisah-pisahin yang masih dimainin dan yang sudah engga
dimainin” saya bingung saat itu, lalu membalas bertanya padanya “untuk apa?” “iya
buat dikasihin ke orang, kan kasian kalau mereka engga punya mainan, Arka kan
mainannya banyak” “kenapa kamu mau kasihin?” “iya, biar Arka disayang Allah,
apih, amih, semua-semua biar sayang Arka”.
Saat itu adrenalin saya meningkat, rasa haru tak mampu dibendung
lagi. Saya menitikkan air mata karena
bahagia mendengar perkataannya. Sungguh mulia anak saya yang masih berumur
hampir 4 tahun tersebut mau berbagi.
Yang membuat saya semakin terharu kemudia dia berkata “apih, boleh engga
Arka minumin minuman apih” “boleh dong nak” kemudian dia mengambil minuman saya
dan diberikan kepada saya. Saya disuapi
oleh anak saya sendiri.
Tak lama berselang masih dalam perasaan bangga karena memiliki anak
seperti Arka, ia kemudian kembali berkata “apih, kalo mainan Arka udah dibagi-bagiin
kan keranjang mainan Arka jadi kosong tuh, nah jadi apih bisa beliin Arka
mainan kereta yang baru”. Seketika saya
tertawa karena saat itu juga saya sadar dia sedang melakukan kerja cerdas.
Apa yang dilakukannya sungguh strategi yang jitu bagi anak seusianya,
bahkan strategi itu bisa digunakan oleh kita yang dewasa. Arka menggunakan strategi EPOS kemudian
mengambil jurus kerja cerdas untuk mendapatkan keinginannya. Ia menyadari bahwa dengan berbagi ia akan
mendapatkan lebih, dan hanya dengan kerja cerdaslah ia bisa meraih
keinginannya. Ia tidak perlu melakukan
kerja keras seperti merengek-rengek layaknya seorang anak kecil yang
menginginkan sesuatu yang tidak diberikan orang tuanya.
Sebagai orang dewasa saya belajar banyak saat itu dari anak saya
sendiri. Selayaknya kita sebagai orang
dewasa memahami hukum alam itu, menggunakan setiap strategi dengan tepat untuk
mendapatkan keinginan kita. Membuat sebuah rencana konkret yang memungkinkan
untuk dilakukan.
Arka mengajarkan kepada saya dan kita semua bahwa jika anak kecil saja
mau berbagi untuk mendapatkan lebih, kenapa kita sebagai orang dewasa yang
harusnya bisa berpikir lebih bijak jarang melakukannya.
Arka juga mengajarkan kepada kita semua, bahwa ketika kerja cerdas
memungkinkan dilakukan, maka kita tidak perlu melakukan kerja keras yang
terlalu besar.
Tapi kemudian ketika kita menemukan jalan untuk mendapatkan keinginan
kita, tentunya kemudian diperlukan kerja keras sebagai bentuk action kita. Dan hal itu dilakukannya, memenuhi
komitmennya kemudian sesampainya dirumah ia merapihkan mainannya dan
memisahkannya. Untuk yang terakhir
kalinya kemudian saya bertanya “benar akan dibagikan kepada orang lain” “iya
apih, biar mereka seneng, Arka seneng”. Itulah
yang dilakukannya sebagai bentuk kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja keras,
yang diawali dengan menebar energi positif melalui berbagi.
Bahkan kemudian Arka melengkapinya dengan kerja tuntas, karena ia
berhenti setelah semua siap dan rapih, tidak kemudian menyuruh saya atau
siapapun untuk melakukannya.
Apih sayang Arka, terimakasih atas pelajarannya hari itu. Semoga kelak kau bisa menginspirasi dunia
lebih banyak dan lebih luas.
follow me @iyuARK9
#LifeBlessAbundance