Rabu, 25 September 2013

Nama Anak Itu "Arka"



Anak pertama saya bernama Arka, usianya 3 Tahun 7 Bulan kini.  Arka sangatlah cerdas, cara belajarnya dengan meniru.  Oleh karena itu saya membuat peraturan untuk selalu berkata yang baik dan positif.  Jika ada yang berkata negative maka saya akan menegurnya.  Arka sering bertanya dan meminta untuk diajarkan sesuatu yang ia inginkan.  Arka anak pertama saya, adiknya masih didalam kandungan saat ini. 
Arka memiliki mainan yang banyak, mulai dari yang masih berfungsi sampai yang sudah tidak berfungsi, tapi kesemuanya masih ia sering mainkan.  Saking penuhnya, keranjang yang dibelikan tidak cukup menampung semua mainannya.
Saya dan arka sangatlah dekat, setiap hari kami sering berpelukan dan mengucapkan kata sayang.
Suatu hari saya memiliki janji temu dengan seseorang, dan saya mengajaknya ketika itu.  Karena orangnya belum datang saya mengajaknya untuk mampir ke salah satu swalayan kemudian membeli minuman dingin.  Ketika di swalayan Arka melihat ada mainan kereta dan ia meminta saya membelikannya. Karena keranjang mainannya sudah penuh maka saya katakan padanya “nak keranjang kamu sudah penuh, mau ditaruh dimana lagi mainannya?” Arka anak yang pengertian, maka ketika saya berkata demikian ia langsung terdiam mengiyakan.  Setelah membeli minuman dingin kemudian kami berdua duduk di depan swalayan sambil menunggu orang tersebut datang.  Sambil minum, saya dan Arka ngobrol dan bercanda tentang banyak hal, terutama hal-hal yang ia lihat ketika kami duduk santai sambil minum di depan swalayan. 
Tak lama berselang kemudian ia berkata sesuatu.  “Apiiihhh, nanti kalau udah sampai rumah kita beresin mainan arka yu, kita pisah-pisahin yang masih dimainin dan yang sudah engga dimainin” saya bingung saat itu, lalu membalas bertanya padanya “untuk apa?” “iya buat dikasihin ke orang, kan kasian kalau mereka engga punya mainan, Arka kan mainannya banyak” “kenapa kamu mau kasihin?” “iya, biar Arka disayang Allah, apih, amih, semua-semua biar sayang Arka”.
Saat itu adrenalin saya meningkat, rasa haru tak mampu dibendung lagi.  Saya menitikkan air mata karena bahagia mendengar perkataannya. Sungguh mulia anak saya yang masih berumur hampir 4 tahun tersebut mau berbagi.
Yang membuat saya semakin terharu kemudia dia berkata “apih, boleh engga Arka minumin minuman apih” “boleh dong nak” kemudian dia mengambil minuman saya dan diberikan kepada saya.  Saya disuapi oleh anak saya sendiri.
Tak lama berselang masih dalam perasaan bangga karena memiliki anak seperti Arka, ia kemudian kembali berkata “apih, kalo mainan Arka udah dibagi-bagiin kan keranjang mainan Arka jadi kosong tuh, nah jadi apih bisa beliin Arka mainan kereta yang baru”.  Seketika saya tertawa karena saat itu juga saya sadar dia sedang melakukan kerja cerdas.
Apa yang dilakukannya sungguh strategi yang jitu bagi anak seusianya, bahkan strategi itu bisa digunakan oleh kita yang dewasa.  Arka menggunakan strategi EPOS kemudian mengambil jurus kerja cerdas untuk mendapatkan keinginannya.  Ia menyadari bahwa dengan berbagi ia akan mendapatkan lebih, dan hanya dengan kerja cerdaslah ia bisa meraih keinginannya.  Ia tidak perlu melakukan kerja keras seperti merengek-rengek layaknya seorang anak kecil yang menginginkan sesuatu yang tidak diberikan orang tuanya.
Sebagai orang dewasa saya belajar banyak saat itu dari anak saya sendiri.  Selayaknya kita sebagai orang dewasa memahami hukum alam itu, menggunakan setiap strategi dengan tepat untuk mendapatkan keinginan kita. Membuat sebuah rencana konkret yang memungkinkan untuk dilakukan.
Arka mengajarkan kepada saya dan kita semua bahwa jika anak kecil saja mau berbagi untuk mendapatkan lebih, kenapa kita sebagai orang dewasa yang harusnya bisa berpikir lebih bijak jarang melakukannya. 
Arka juga mengajarkan kepada kita semua, bahwa ketika kerja cerdas memungkinkan dilakukan, maka kita tidak perlu melakukan kerja keras yang terlalu besar.
Tapi kemudian ketika kita menemukan jalan untuk mendapatkan keinginan kita, tentunya kemudian diperlukan kerja keras sebagai bentuk action kita.  Dan hal itu dilakukannya, memenuhi komitmennya kemudian sesampainya dirumah ia merapihkan mainannya dan memisahkannya.  Untuk yang terakhir kalinya kemudian saya bertanya “benar akan dibagikan kepada orang lain” “iya apih, biar mereka seneng, Arka seneng”.  Itulah yang dilakukannya sebagai bentuk kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja keras, yang diawali dengan menebar energi positif melalui berbagi.
Bahkan kemudian Arka melengkapinya dengan kerja tuntas, karena ia berhenti setelah semua siap dan rapih, tidak kemudian menyuruh saya atau siapapun untuk melakukannya.
Apih sayang Arka, terimakasih atas pelajarannya hari itu.  Semoga kelak kau bisa menginspirasi dunia lebih banyak dan lebih luas.

follow me @iyuARK9
#LifeBlessAbundance

Tidak ada komentar:

Posting Komentar